Bangladesh, Senin (28/11) memulangkan sejumlah perahu para pengungsi Muslim Myanmar yang berusaha menyelamatkan diri dari kekerasan dan genosida di Barat negara mereka.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah negara dan berbagai lembaga kemanusiaan internasional mendesak Bangladesh untuk memberikan suaka kepada para pengungsi Muslim Rohingya yang lari dari kekerasan dan ketidakamanan yang terjadi di negaranya.
Kolonel Abuzar Al Zahid, Komandan pasukan penjaga perbatasan Bangladesh di kota Teknaf mengumumkan, delapan perahu Muslimin Rohingya yang bermaksud melewati perbatasan Bangladesh dan Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Senin (28/11) dicegat pasukan penjaga perbatasan negara itu.
Enam perahu lainnya, Ahad (27/11) berusaha memasuki Bangladesh lewat sungai Naf yang memisahkan negara itu dengan Myanmar, namun digagalkan pasukan Bangladesh.
Pemerintah Bangladesh, tanpa menghiraukan tuntutan dalam dan luar negerinya terkait pemberian suaka dan penampungan untuk pengungsi Muslim Rohingya, lebih mengutamakan keinginan pemerintah Myanmar dan untuk membendung gelombang pengungsi yang ingin masuk ke wilayahnya, menerapkan pengawasan keamanan super ketat.
Wilayah-wilayah di Barat Myanmar, sejak tahun 2012 dilanda aksi kekerasan berdarah kelompok ekstrem Buddha terhadap warga Muslim Rohingya.
Pemerintah Myanmar menganggap Muslim Rohingya sebagai imigran ilegal di negaranya. Berdasarkan data resmi PBB, sejak dimulainya operasi militer Myanmar awal Oktober lalu, lebih dari 30 ribu Muslim Rohingya terpaksa mengungsi.